Kota Bima, Dalam
rangka menyatukan kembali warga Kelurahan Penatoi dengan
kelompok-kelompok yang dianggap radikal, Pemerintah menggelar sholat
Magrib berjamaam di Masjid Istiqomah Penatoi, Senin (11/4).

Ceramah Agama di Masjid Kelurahan Penatoi.
Hadir dalam kegiatan yang dirangkaikan
dengan ceramah agama tersebut, Wakil Walikota Bima H. Arahman H. Abidin,
MUI Kota Bima, Kasat Binmas Polres Bima Kota, Kapolsek Raba, Camat
Mpunda, Lurah Penatoi, perangkat Kelurahan dan warga Kelurahan Penatoi
sekitar 200 orang.
Usai sholat Magrib berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan ceramah
Agama yang disampaikan Ustadz H. Muhammad Adnin HAR. Dalam ceramahnya,
Ustadz menyampaikan materi menjaga kebersamaan dan rasa cinta antar umat
Muslim, berdasarkan persatuan kesamaan aqidah.
“Rasulullah SAW bersabda, tidak ada
kecintaan atau tidak ada kasih sayang terkecuali kasih sayang antar
sesama, cinta antara sesama. Dan tidak ada perbedaan sesama Islam,
terkecuali saling mengasihi dan mencintai. Kita sesama muslim jangan
terlalu mempersoalkan masalah yang kecil,” ujarnya.
Ustadz juga mengajak sesama muslim untuk
saling menjaga lisan. Karena lisan yang tidak dijaga akan mudah
menghancurkan hubungan sesama umat muslim. Pentingnya ukhwah Islamiyah
dan ajakan untuk selalu menjaga kerukunan hidup antar sesama manusia,
karena dalam Islam sangat menekankan pentingnya memupuk ukhwah, mulai
dari lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.
“Karena memupuk ukhwah sama halnya dengan memupuk agama,” ingatnya.
H. Adnin juga menjelaskan, terbangunnya komunikasi yang baik antara
elemen pemuda dengan tokoh agama dan Pondok Pesantren, juga merupakan
modal untuk membangun kekuatan bagi umat Islam. Dirinya mencontohkan
pada zaman Rasulullah, antara kaum Muhajirin dan kaum Ansor. Ketika dua
kaum ini bersatu, maka saat itu umat Islam sangat kuat dan tidak
terkalahkan. Bahkan, Islam berkembang pesat dan menjadikan Madinah
sebagai kota Madani.
“Saat ini memang sudah ada tanda-tanda
akhir dari kehidupan dunia, karena fitnah dimana-mana. Ummat muslim
banyak yang terpecah belah antara kelompok, karena mempermasalahkan
perbedaan pemahaman agama yang tidak substansial. Seperti tata cara
sholat menggunakan qunut atau tidak, mau Yasinan dan tahlil atau tidak,
adzan 1 kali atau 2 kali dan lain-lain,” paparnya.
Ia mengibaratkan, Islam itu sebagai
pohon, maka aturan dasar Islam adalah batang utama pohon yang hanya bisa
ditumbangkan dengan gergaji atau kapak yang besar. Sementara perbedaan
pemahaman agama itu diibaratkan sebagai ranting-ranting yang sangat
mudah dipatahkan.
“Jadi alangkah bodoh dan meruginya kita
jika harus berkelahi dan bermusuhan dengan sesama saudara seaqidah hanya
karena sebab-sebab yang kecil tersebut,” tambahnya.
Usai penyampaian kegiatan ceramah agama tersebut, para jamaah kembali
mengikuti sholat Isya berjamaah dan ditutup dengan do’a dan saling
bersalaman antar warga.